Home » » Realis, Marxis, Liberalis : Tiga Teori Ekonomi Politik Internasional Matthew Watson

Realis, Marxis, Liberalis : Tiga Teori Ekonomi Politik Internasional Matthew Watson

Matthew Watson dalam John Ravenhill (2008) membagi teori EPI dibagi menjadi tiga bagian (trikotomi) yaitu Liberalisme, Realisme, dan Marxisme. Watson kemudian berpendapat bahwa telah terjadi kesalahan dalam pemaknaan Realisme dan Marxisme dalam EPI. Banyak orang yang menganggap bahwa Realis dan Marxis mempunyai beberapa nama yang mempunyai kesamaan makna. Namun jika ditelusuri sejarahnya akan terlihat perbedaan-perbedaan dari beberapa nama tersebut.

Pertama adalah pendekatan realis. Pendekatan realis juga sering disebut pendekatan statis, pendekatan merkantilis, dan pendekatan nasionalis (Watson, 2008:32). Pendekatan realis sekilas sama dengan realis pada Hubungan Internasional namun hal yang membedakan adalah karena EPI sendiri berbicara mengenai hubungan antara ekonomi dan politik maka realis EPI lebih terkonsentrasi pada low politics daripada hard politics

EPI realis menurut R.B.J.Walker (1993) dalam Watson (2008:33) memiliki dua tokoh klasik yang mendasari pemikiran era modern yaitu Hans Morgenthau dan E.H.Carr. Morgenthau sebagai realis struktural berpikir bahwa negara akan lebih peduli pada kepentingannya sendiri ketika ia menghitung kecenderungan pendiriannya pada sebuah negosiasi ekonomi internasional. Sedangkan E.H.Carr sebagai realis historisis lebih menekankan pada perilaku negara ketika mendapat tekanan dari negara lain. Ia menganggap bahwa negara akan menghindari ancaman dari negara lain karena hal tersebut dapat mengganggu ekonomi domestik. Agar ancaman negara lain dapat dihindari maka perlu adanya suatu lembaga yang mengatur norma ekonomi negara. Dengan disepakatinya norma tersebut oleh semua negara maka kemanan ekonomi menjadi lebih terjamin.

Kemudian sesuai pembahsan awal bahwa realis mempunyai nama lain yang sering disamakan. Yang pertama adalah pendekatan statis. Dunia EPI statis dideskripsikan adalah, di hati, sebuah dunia negara, dan setiap aspek lain dari dunia tersebut hanyalah cabang terhadap eksistensi, aktivitas, dan keputusan dari negara (Watson, 2008:34). Hal ini bermakna bahwa negara mempunyai peranan penting dalam ekonomi negara. Aktor utama dan satu-satunya yang dominan dalam ekonomi politik adalah negara. Aktor-aktor lain seperti MNC, dan NGO, atau institusi-institusi lainnya dianggap tidak memegang peranan penting. Mereka semua dijalankan oleh negara dan tidak dapat berjalan sendiri.

Kemudian pendekatan merkantilis dan nasionaliis. Pendekatan merkantilis adalah sebuah perspektif ekonomi politik yang mempertanyakan peran negara pada kehidupan ekonomi (Watson,2008:34). Perbedaan antara realis dan merkantilis sendiri terletak di seberapa luas jangkauan studinya. Untuk realis, masalah yang paling penting adalah bagaimana negara mengatur urusan ekonominya dalam politik internasional (Watson, 2008:34). Pemikiran ini dapat disebut sebagai outward-looking. Sedangkan merkantilis dapat dipelajari lebih sebagai pendekatan inward-looking peran negara, berkonsentrasi pada bagaimana merkantilis mengorganisasikan urusan ekonomi domestik agar perkembangan sumber daya ekonomi dapat memberikan posisi tawar lebih dalam negosiasi internasional (Watson, 2008:34).

Pendekatan nasionalis kurang lebih sama dengan pendekatan merkantilis. Perbedaan utama diantara keduanya adalah waktu ketika mereka berasal (Landreth dan Colander, 1994 dalam Watson,2008:35). Jika pendekatan merkantilis muncul tahun 1500-1700an sebelum adanya pemikiran Adam Smith Wealth of Nations maka nasionalis dianggap muncul setelah adanya pemikiran tersebut (setelah tahun 1700an). Pendekatan nasionalis muncul seiring dengan berkuasanya Inggris dalam ekonomi internasional. Inggris tidak hanya eksportir utama perdagangan barang di dalam dunia pasar, mereka juga telah sukses mengekspor ideologi pasar bebas laissez faire-nya (Watson, 2008:35). Keadaan ini sesuai dengan pemikiran Adam Smith yang menentang prinsip-prinsip merkantilis bahwa negara tidak hanya berkonsentrasi pada pasar domestik tetapi juga harus menguasai pasar internasional.

Marxis
Marxis tidak dapat dipungkiri berasal dari pemikiran Karl Marx. Marxisme menolak kemunculan kapitalisme yang dianggapnya hanya menguntungkan kaum pemilik modal. Jika dibandingkan dengan realisme sendiri, marxis mempunyai perbedaan yang kontras. Perspektif realis akan mempertanyakan bagaimana negara dapat menyusun sistem kapitalis sehingga mereka dapat mendapatkan keuntungan relatif dari negara lain. Sedangkan marxisme sendiri mempertanyakan kapitalisme itu sendiri dengan pertanyaan seperti mengapa masyarakat seharusnya diharapkan untuk menyetujui perkembangbiakan sistem kapitalis. Disini tentu saja akan terjadi perbedaan yang kontras antara realis dan marxis. Realis telah menerima kapitalis dan berfikir bagaimana mendapat keuntungan di dalam sistem tersebut sedangkan marxis masih belum bisa menerima sistem kapitalisme dan berusaha untuk menghapuskan sistem tersebut.

Premis awal marxis terhadap kapitalis adalah sistem kapitalis hanya bisa menjadi entitas dinamis ketika kebutuhan dari sistem tersebut dipriioritaskan secara paksa atas hak-hak individu untuk hidup sebagai manusia otonom (Watson, 2008:36). Ketika sistem kapitalis berjalan maka individu dalam hal ini para buruh bekerja bukan untuk mensejahterakan dirinya atau untuk mendapat penghasilan lebih yang dapat dinikmati, namun individu seolah bekerja sebagai “mesin” yang berguna untuk melancarkan sistem itu sendiri. Dalam pandangan Marxis penyatuan individual sebagai input komodifikasi ke dalam sistem kapitalis selalu berakibat pada efek ketidakmanusiaan (Watson, 2008:36).

Kemudian marxis sama seperti realis mempunyai beberapa tata nama yang sering dianggap sama maknanya. Marxis kemudian sering disamakan dengan strukturalis modern. Perbedaan diantara keduanya adalah strukturalis cenderung untuk kurang memperhatikan rekonstruksi kerangka kerja penjelasan Marx karena titik nyata keberangkatan dapat ditemukan pada usaha Lenin untuk menginternasionalisasi tema Marxis fundamental (Watson, 2008:38). Berawal dari keinginan Lenin untuk menginternasionalisasikan Marx dengan menggabungkannya dengan hasil pemikirannya, Lenin kemudian berargumen bahwa imperialisme merupakan tahap tertinggi dari kapitalisme. Orang-orang borjuis domestik di negara-negara Eropa telah meningkat menjadi internasional borjuis melalui keinginannya untuk menyerang kompromi kelas domestik (Watson, 2008:38).

Selanjutnya Watson (2008) menganggap radikal dan kritikal sebagai perluasan dari Marxisme EPI. Marxisme dan Strukturalisme keduanya merupakan radikal (merepresentasikan perlawanan terhadap sistem kapitalis) dan juga kritikal ( tidak menerima sistem tersebut sebagai suatu hal yang “given”) (Watson, 2008:38). Penggunaan radikal dan kritikal disini lebih sebagai akibat dari munculnya pemikir feminis, green, dan post-strukturalis. Mereka menganggap bahwa marxisme kurang relevan dan intelektual ketika dibawa ke era kekinian. Oleh karena itu melalui Teori Kritis yang berkembang di Frankfurt School para akademisi kemudian mencoba untuk memberikan ekplasnasi penggunaan teori Marxis yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Liberalisme
Liberalisme menurut Watson sangat identik dengan pemikiran Adam Smith dan David Ricardo. Adam Smith mengidentifikasi “invisible hand” yang memungkinkan ekonomi pasar menjadi entitas yang bekerja sendiri. Sedangkan dari David Ricardo melalui comparative advantagenyamenjelaskan bagaimana invisible hand dapat memperluas kesejahteraan ekonomi global dengan mendorong negara untuk menjual barang produksinya yang tidak dimiliki negara lain.

Adam Smith kemudian menganggap bahwa sistem ekonomi liberal yang bekerja sendiri tanpa intervensi negara merupakan hal yang terbaik untuk mencapai keuntungan ekonomi. Harga barang harus dalam keadaan murni dalam arti bahwa harga barang merupakan akumulasi dari nilai input dan biaya tambahan lainnya.

Sedangkan David Ricardo mengembangkan pemikiran Smith melalui bukunya Principles of Political Economy and Taxation. Teori comparative advantage kemudian muncul melalui karyanya On Foreign Trade dengan maksud untuk berargumen mengenai masalah perdagangan bebas. David Ricardo lebih lanjut berpendapat bahwa produksi ekonomi modern harus diorganisasikan di setiap negara dengan berdasarkan pada comparative advantage.

Sumber :

Watson, Matthew. 2008. “Theoretical Traditions in Global Political Economy”, dalam John Ravenhill, Global Political Economy, Oxford: Oxford University Press, pp. 27-66

Penulis: Gemapol

Artikel Realis, Marxis, Liberalis : Tiga Teori Ekonomi Politik Internasional Matthew Watson , diterbitkan oleh Gemapol pada hari Kamis, 05 Juni 2014 . Semoga artikel ini dapat menambah wawasan Anda. Salam Gemapol

0 komentar :

Posting Komentar

Subscribe me on RSS